“KAWASAN KALI BESAR JAKARTA”
(TOKO MERAH)
1. IDENTITAS
1.1 Nama Sekarang :
Toko
Merah
1.2 Nama Dahulu : Hoofd Kantoor Yacobson
1.3 Alamat :
Jalan
Kali Besar No.11, RW 03
1.3.1
Kelurahan :
Roa
Malaka
1.3.2
Keacamatan : Tambora
1.3.3
Kota : Jakarta Barat
1.3.4
Provinsi : DKI Jakarta
1.4 Koordinat/UTM :
6° 7'58.78"S 106°48'37.95"E
1.5 Batas – Batas
1.5.1
Utara : Jalan Kali Besar
1.5.2
Timur : Bank Sinarmas
1.5.3
Selatan : Kantor Pelayanan Pajak
Pratama
1.5.4
Barat : Perusahaan Pengiriman
Barang (TIKI)
1.6 Status Kepemilikan : PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)
1.7 Pengelola : Indonesia Trading Company
1.8 Fungsi Sekarang : Konferensi dan Pameran
2. DESKRIPSI
2.1.
Uraian Fisik Objek
2.1.1.
Gaya / Langgam
Gaya Boer
Bangunan “Toko
Merah” dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Luas sebelumnya 2.472 m2
(terkena pelebaran jalan). Corak dan ciri bangunan cenderung mencontoh
bangunan-bangunan di negeri Nederland, atau bergaya “Boer”. Rata-rata
bertingkat dua atau tiga, letaknya saling berhimpitan, tanpa halaman depan dan
samping.
Gambar 2.2. Prasasti Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Kesannya polos dan
kaku. Atap bangunan menjulang tinggi dan curam sebagai penahan panas
terik matahari untuk ruang di tingkat atas. Atap untuk bagian depan dibuat
menjorok ke luar agar menjadi pelindung dari hujan dan panas. Pintu dan
jendela berbentuk persegi panjang, berukuran besar, jumlahnya banyak.
Gambar 2.3. Tampak Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Ruangan dalamnya
luas dan memiliki langit-langit yang tinggi. Tapi karena letaknya berhimpitan,
maka bagian dalam ruangan terasa pengap, suram, dan lembab. Tipe bangunan ini
sebenarnya tidak cocok untuk daerah tropis. Dari depan, bangunan “Toko
Merah” tampak bertingkat dua, tapi di bangunan belakangnya ternyata bertingkat
tiga.
2.1.2.
Tapak /
Blokplan
Letak bangunan
sangat strategis, berada di kawasan jantung kota asli Batavia, dekat
dengan pusat pemerintahan VOC (Stadhuis), merupakan “Central Business District Batavia”. Saat itu sungai
Ciliwung adalah urat nadi lalu lintas yang ramai. Wilayah Kali Besar ini
Dikenal pula sebagai salah satu wilayah hunian elit di dalam kota Batavia.
2.1.3.
Wujud / Bentuk Bangunan
Bangunan “Toko
Merah” dibangun meniru bentuk arsitektur Eropa, dengan paham “fungsionalisme”.
Tidak menggunakan ornamen yang rumit dan berbelit-belit.
Bergaya luas,
tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan bisa berubah fungsi apa
saja. Sebuah perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka
yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18
dan atap tropis, juga memiliki parapet atas dan parapet bawah. Terdiri dari dua
bangunan utama yang berada di bawah satu atap, bangunan sebelah utara dan
sebelah selatan. Dengan adanya parapet pemisah, maka jika terjadi kebakaran
tidak akan sampai menjalar ke bangunan di sebelahnya. Tempok depan
bangunan terbuat dari susunan batu bata yang tidak diplester lagi, dan
baru ditambahkan pada pemugaran rumah pada tahun 1923 oleh Direksi Bank Voor
Inde, karena sebelumnya tembok rumah itu dicat putih. Warna asli batu bata
dicat dengan warna merah hati ayam. Nama “toko merah” itu
sendiri diperoleh dari kusen dan jendela yang dulunya sudah dicat merah hati
dengan sedikit cat emas yang memberi nuansa ke-Tionghoa-an pada rumah ini,
mengingat dulu meubeulnya pun memiliki warna yang sama. Sejak tahun 1840, unsur
warna khas arsitektur China “merah” mulai mempengaruh bangunan ini.
Denah
bangunan berbentuk huruf “H”, dan bagian depan bangunan bersatu dengan trotoar.
Kaki bangunan “Toko
Merah” berdiri di atas sebuah pondasi masif berdenah persegi panjang dengan
keseluruhan bagian atas kaki dilapis lantai marmer. Marmer ini berwarna putih
abu-abu berukuran 75 cm x 70 cm.
PintuRococo
Tunggal
“Toko Merah” memiliki dua buah pintu masuk
berukuran besar dan tinggi. Pada bagian atas pintu masuk terdapat jendela angin
yang berada pada satu kusen dengan pintu. Polanya berbentuk kotak-kotak,
masing-masing memiliki 30 buah kotak.
Gambar 2.7. Pintu Masuk Utara Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Saat ini hanya pintu masuk bangunan selatan yang berfungsi, sedangkan pintu bangunan utara terkunci mati. Kusen pintu dan jendela dicat warna merah hati. Ukuran pintu 3,05 m x 1,8 m, dengan ukuran jendela anginnya 1,9 m x 1,8 m. Perlu dicatat, pintu masuk utama bangunan utara “Toko Merah” bukan pintu asli. Pintu aslinya dengan fanlight (lubang jendela di atas pintu yang bagian atasnya cenderung lengkung) dan terukir artistik dibongkar pada tahun 1901 dan dibawa ke Museum Pusat dan kini mash berada di ruang Numismatik Museum Pusat Jakarta.
Gambar 2.8. Interior Pintu Masuk Kedua Setelah Melalui Pintu Masuk
Pertama
Di belakang pintu
masuk rumah sebelah utara terdapat sebuah pintu kedua yang menuju ke ruangan
dalam, ini satu-satunya pintu dengan bagian atas berbentuk arch (busur
melengkung) gaya rococo dengan hiasan plester. Pintu ini berukuran 2,38 m x 2,3
m, berdaun pintu ganda, terbuat dari kayu dan kaca, dengan bingkai kayu warna
merah hati dan garis keemasan.
Jendela
“Naik Turun”
Bagian depan
bangunan “Toko Merah” ini terpasang 10 jendela. Pada lantai dasar, terpasang 4 jendela yang mengapit dua
pintu masuk. Pada lantai atas
terpasang 6 jendela.
Gambar 2.9. Jendela Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Semuanya berbentuk
persegi panjang, Jendela ini
menerapkan gaya abad ke-18 dan berskala monumental untuk mengimbangi ruangan-ruangan
besar di dalamnya. Polanya hanya kotak-kotak. Cara membukanya ada dua tipe: Tipe pertama, sistem jendela geser
ke atas. Lazim dsebut sliding sashs, dibuka tutupnya naik turun. Yang dapat
digerakkan hanya jendela pasangannya di bagian bawah. Tipe kedua, sistem jendela dorong keluar. Sistem ini terdapat
di ruang bawah tanah bangunan sebelah utara dan sebelah selatan.
Tangga
Bangunan Toko Merah
Untuk naik ke lantai atas bangunan, tersedia 6 buah tangga, semuanya terbuat dari kayu yang terukir artistik dan dicat merah hati. Pada bangunan depan rumah bagian selatan, terpasang sebuah tangga menuju lantai atas, dengan posisi agak melingkar. Tangga ini terdiri dari tiga bagian dengan seluruh anak tangga berjumlah 24 buah.Pada bagian belakang ruang tengah, di kiri kanan, masing-masing ada tangga dengan 20 buah anak tangga. Juga terbuat dari kayu berukir, yang terhubung dengan balkon di lantai dua. Tapi dari ukirannya jelas terlihat bahwa ukirannya bukanlah asli, melainkan dibuat pada saat gedung ini menjadi kantor pusat NV. Jacobson van de Berg. Tangga yang asli ada di Museum Pusat. Di lantai dua gedung belakang hanya terdapat sebuah tangga dengan 8 anak tangga yang menuju lantai dua bangunan tengah. Sedangkan untuk menuju lantai tiga, baik di sebelah selatan maupun utara, terdapat sebuah tangga dengan 7 anak tangga. Dari lantai tiga, masih ada sepasang tangga menuju atap gedung dengan 17 anak tangga.
Gambar 2.10. Tangga Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
2.1.5.
Struktur dan Kontruksi
Bergaya luas,
tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan bisa berubah fungsi apa
saja. Sebuah perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka
yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18
dan atap tropis, juga memiliki parapet atas dan parapet bawah. Terdiri dari dua
bangunan utama yang berada di bawah satu atap, bangunan sebelah utara dan
sebelah selatan. Dengan adanya parapet pemisah, maka jika terjadi kebakaran
tidak akan sampai menjalar ke bangunan di sebelahnya.
Gambar 2.11. Struktur Dalam Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Tempok depan bangunan terbuat dari susunan batu bata yang tidak
diplester lagi, dan baru ditambahkan pada pemugaran rumah pada tahun 1923 oleh
Direksi Bank Voor Inde, karena sebelumnya tembok rumah itu dicat putih. Warna
asli batu bata dicat dengan warna merah hati ayam.
Bangunan ini memiliki
tiga buah atap. Bangunan depan dan belakang memiliki atap dengan bubungan yang
memanjang dari utara ke selatan. Sementara atap bangunan tengah, bubungan
atapnya melintang dari timur ke barat, sekaligus merupakan atap penghubung bagi
kedua atap bangunan depan dan belakang. Atap bangunan ini berbentuk atap pelana
atau atap rumah kampung.
Gambar 2.12. Kontruksi Atap Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Gambar 2.13. Peta Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Gambar 2.14. Luas Ukuran Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Bangunan
“Toko Merah” dibangun di atas areal seluas 2.455
m2. Luas sebelumnya 2.472 m2
(terkena pelebaran jalan).
2.3. Kondisi Saat Ini
2.3.1.
Kondisi
Lingkungan (saat ini)
Pada saat ini, kawasan kota tua adalah sebuah kawasan yang dijadikan kawasan "Wisata Sejarah". Bangunan-bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1700 - 1800an tersebut telah berubah fungsinya. Kawasan kota tua bisa dibilang "terhubung" satu sama lain, baik di masa lalu maupun masa kini. Di masa lalu bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan-bangunan utama pada masa pemerintahan Belanda. Di masa sekarang, bangunan-bangunan tersebut berubah fungsi menjadi museum, dan menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah Jakarta. \
2.3.2.
Kondisi
Keterawatan Secara Umum
Kondisi
keterawatan bangunan toko merah sampai
saat ini masih terawat dengan baik dikarenakan masih banyak nya pengunjung
mendatangi tempat ini untuk melakukan kegiatan wisata kota tua yang didalamnya
terdapat konferensi dan pameran dari benda-benda bersejarah.
2.3.3.
Kondisi Keterancaman
Dilihat dari sejarahnya, bangunan
eksisting pada Bangunan Toko Merah telah mengalami sejarah panjang, mengalami
beberapa pergantian pemilik dan pergantian fungsi bangunan. Toko Merah sendiri
pernah digunakan sebagai rumah tinggal, kampus dan asrama, bank, hotel, toko,
dan kantor. Karakteristik yang terlihat adalah fakta bahwa dahulunya Toko Merah
ini adalah sebuah DWELLING - tidak adanya teras atau batas, langsung berhadapan
dengan fasad dan kemudian langsung masuk ke dalam bangunan tsb., kesan privat
yang cukup kuat, dll.
Kembali kita melihat kawasan kota
tua sendiri. Timbul banyak pertanyaan, ketika kawasan kota tua tersebut dijadikan
kawasan "Wisata Sejarah", apakah tepat apa yang dimaksudkan dengan
wisata sejarah tersebut. Hal ini merujuk pada pengamatan saya terhadap kawasan
ini. Dari pengamatan yang saya lakukan, banyak dari aktivitas baik sebagai
wisatawan maupun pedagang terpusat hanya pada area plaza segitiga Museum
Fatahillah - Museum Wayang - Museum Keramik dan Seni Rupa. Saya berasumsi bahwa
aktivitas yang dilakukan di area ini membawa dampak terlupakannya area lain, salah
satunya bangunan Toko Merah ini padahal "cerita" mengenai
"Jakarta Tempo Doeloe" dari satu bangunan ke bangunan lain adalah
berkesinambungan.
2.3.4.
Perubahan
Fungsi dan Bentuk
Pertama kali mengamati
bangunan ini, kesan yang muncul adalah tentang pecinaan Indonesia. Ukiran di
pintu masuk, lampu-lampu lentera yang bergantungan di langit-langit ruangan
utama, semuanya berwarna merah dan kuning serta terdapat simbol-simbol khas
Tionghoa. Namun ternyata, berdasarkan penjelasan pemandu, gedung ini pertama
kali dibangun pada tahun 1730 justru oleh seorang Belanda, Gustaaf Willem Baron
van Imhoff yang menjabat sebagai gubernur Batavia, untuk rumah tinggal. Fakta
lain yang cukup menarik dari Toko Merah bahwa keseluruhan bangunan ini
sebenarnya merupakan dua rumah kembar yang beratap satu, sehingga memiliki dua
pintu masuk serta sekat tebal tepat ditengah-tengahnya. Lagipula, dengan luas
2.455 m2 dan jumlah ruangan mencapai kurang lebih 25 buah tersebar
di tiga lantai, gedung ini agak berlebihan apabila disebut sebuah rumah.
Sejarah Toko Merah dari waktu ke waktu pun seperti piala bergilir, cukup sering
beralih fungsi dan berpindah kepemilikan hingga akhirnya menjadi bangunan
kosong berstatus cagar budaya. Bangunan ini pernah menjadi kampus dan asrama Academie
de Marine (Akademi Angkatan Laut), hotel para pejabat, toko dagang, kantor
Borneo Compagnie, kantor Behn Meiwe & Co, Bank Voor
Indie, Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang, serta beberapa kali dikelola
oleh perusahaan-perusahaan seperti P.T Yudha Bakti. Perjalanan panjang dan
melelahkan yang telah dilalui oleh Toko Merah tidak menjadikannya lapuk dan
rusak, melainkan tetap kokoh hingga saat ini, bahkan pernah menjadi rumah
termewah yang berlokasi di dalam kota pada abad ke 18. Kemewahan Toko Merah
kini hanya bisa dinikmati pada arsitektur bangunan dan ketahanan akan usia,
karena kondisinya sendiri hampir kosong total. Hanya ruang utama di lantai
dasar yang diisi perabot berupa beberapa kursi dan meja kayu, lampu-lampu serta
lukisan.
2.4. Sejarah
2.4.1.
Sejarah
Kawasan / Lokasi
Toko Merah
dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff (kemudian menjadi
gubernur jenderal) sebagai rumah tinggal. Pada saat ia membangun Toko Merah
jabatannya masih sebagai opperkopman, sehingga kadangkala orang meragukan bahwa
Toko Merah dibangun van Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa,
sehingga besar, megah dan nyaman. Nama “Toko Merah” berdasarkan salah satu
fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak
pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga
didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung
pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak
pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan
ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Di samping itu dalam akte tanah No.
957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik
NV Bouwmaatschapij “Toko Merah”.
2.4.2.
Sejarah Arsitrektur
Arsitektur bangunan ini merupakan gabungan
arsitektur eropa dengan atap yang merespon kondisi alam tropis di Indonesia
dengan bentuk pelana yang membentang dari sisi utara ke selatan. Hal lain yang
menjadi cirri khas arsitektur eropa(colonial) pada bangunan ini adalah terpadat
dinding, jendela, serta ventilasi yang berukuran monumental untuk mengimbangi
aliran udara di dalam ruangan yang juga berukuran besar. Pada bagian pintu
terdapat ornament ukiran pada kusennya, tidak ada perubahan pada bagian fasade
bangunan took merah pada saat ini maupun pada saat masa lalu. Masih tetap
menggunakan bata ekspose tanpa plester dengan warna merah serta pada bagian
pintu dan ventilasi pun tidak mengalami perubahan. Pada bagian interior took
merah terbagi antara bangunan kiri dan kanan yang dipisahkan oleh kolom-kolom
yang berjajar. Pada sisi interior terdapat tangga dengan gaya Barok pada
sisi kiri dan kanan bangunan. Seperti pada fasade, pintu-pintu pemisah
antara kiri dan kanan bangunan ini juga memiliki ukuran yang monumental dengan
bentuk yang menjulan tinggi.
2.4.3.
Sejarah Peristiwa
Bangunan dua rumah
dalam satu atap ini (dulu belum dinamai “Toko Merah” didirikan pada tahun 1730
oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Rumah ini disebut rumah kembar yang
terbagi menjadi dua bangunan (sebelah utara dan sebelah selatan) dengan dua
pintu. Di masa itu, dia adalah tokoh pembaharu di berbagai bidang, yaitu:
Bidang pertanian dan perkebunan (Mendatangkan petani maju dari Holland untuk
mengembangkan pertanian dan perkebunan secara besar-besaran di Jawa Barat dan
seputar Batavia untuk mendukung perdagangan VOC), Bidang pendidikan
(Membuka sekolah seminari dan mendirikan Academie de Marine di Batavia),
Bidang Pers dan Jurnalistik (Menerbitkan Koran pertama di Batavia,
Bataviasche Nouveles), Bidang pos (Mendirikan Kantor Pos pertama di Batavia),
Bidang perbankan (Perintis berdirinya Bank of Lenning, sebagai bank pertama di
Batavia), Bidang arsitektur (Mendirikan rumah tinggal yang megah
(yang kemudian disebut Toko Merah) dan rumah peristirahatannya
Buitenzorg (Istana Bogor), Bidang perhotelan (Membangun rumah penginapan
pertama khusus buat orang asing yang datang ke Batavia). Bangunan kembar (“Toko
Merah”) didirikan Baron Van Imhoff sebagai rumah kediaman, saat dia menjabat
sebagai Sekretaris II pada Hooge Regering (Pemerintahan Tertinggi)
merangkap Water Fiscaal (Kepala Urusan Pabean). Dalam buku Nederlandsh
Indische Plakaatboek (buku tentang keputusan-keputusan Pemerintah Hindia
Belanda, 17 Januari 1786) tercatat:
Kedua rumah dibangun secara bersamaan dengan cita rasa sama,
sesuai selera dan keinginan pemiliknya, tanpa campur tangan orang lain. Tidak
saja besar, tetapi juga megah dan nyaman, berbeda dengan semua rumah lain yang
ada di Batavia.
2.5. Riwayat Pelestarian
2.5.1.
Sudah / Belum
2.5.2.
Riwayat Status Penetapan
·
Salah satu dari 216 monumen cagar budaya
di DKI Jakarta.
·
Salah satu dari 8 monumen warisan VOC yang
berada di dalam kawasan tembok dan parit pertahanan kota asli Batavia.
·
Satu-satunya bangunan bekas rumah
tinggal elit zaman kejayaan VOC yang paling utuh dan terawat, serta mempertahankan
keasliannya.
Peraturan yang menetapkan
·
Bangunan cagar budaya ini diatur dalam
Undang-undang Monumen Ordonantie No. 19 Tahun 1931 (Staatsblad Tahun 1931 No.
238) yang kemudian diubah dengan Monumenten Ordonantie No. 21 Tahun 1934
(Staatsblad Tahun 1934 No. 515)
·
Peraturan yang dikeluarkan Gubernur Ali Sadikin,
SK Gubernur No.Cb.11/1/12/1972, tanggal
10 Januari 1972, yang menetapkan tentang pemugaran bangunan, penetapan daerah
khusus yang dilindungi, dan lain-lain.
·
Didukung Undang-undang No.5/1992 tentang Benda
Cagar Budaya, yang menetapkan bahwa keseluruhan Benda Cagar Budaya dikuasai
negara.
·
Dikeluarkan pula Surat Keputusan Gubernur KDH
Ibukota Jakarta No. 575 tanggal 29 Maret 1993, tentang penetapan
Bangunan-bangunan Bersejarah dan Monumen di Wilayah DKI Jakarta sebagai
bangunan yang dilindungi.
2.6.
Sumber
Guidelines Kota Tua DKI Jakarta Dinas
Kebudayaan Dan Permuseuman Tahun 2007
Pengamatan dan Dokumentasi
Pribadi
Handinoto dan Samuel Hartono,
“THE AMSTERDAM SCHOOL” DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI HINDIA BELANDA1
ANTARA 1915-1940
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN, “GUIDELINES KOTA TUA”,
2007