Minggu, 30 Juli 2017

KONSERVASI ARSITEKTUR



“KAWASAN KALI BESAR JAKARTA”
(TOKO MERAH)


1.  IDENTITAS
1.1    Nama Sekarang                   : Toko Merah
1.2    Nama Dahulu                       : Hoofd Kantoor Yacobson
1.3    Alamat                                  : Jalan Kali Besar No.11, RW 03
1.3.1         Kelurahan                  : Roa Malaka
1.3.2         Keacamatan               : Tambora
1.3.3         Kota                            : Jakarta Barat
1.3.4         Provinsi                       : DKI Jakarta
1.4    Koordinat/UTM                    : 6° 7'58.78"S 106°48'37.95"E
1.5    Batas – Batas                                   
1.5.1         Utara                          : Jalan Kali Besar
1.5.2         Timur                         : Bank Sinarmas
1.5.3         Selatan                       : Kantor Pelayanan Pajak Pratama
1.5.4         Barat                          : Perusahaan Pengiriman Barang (TIKI)
1.6    Status Kepemilikan              : PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero)
1.7    Pengelola                              : Indonesia Trading Company
1.8    Fungsi Sekarang                  : Konferensi dan Pameran

2.  DESKRIPSI
2.1.  Uraian Fisik Objek
2.1.1.      Gaya / Langgam 
 
 Gambar 2.1. Toko Merah Jakarta Barat

Gaya Boer
Bangunan “Toko Merah” dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Luas sebelumnya 2.472 m2 (terkena pelebaran jalan). Corak dan ciri bangunan cenderung mencontoh bangunan-bangunan di negeri Nederland, atau bergaya “Boer”. Rata-rata bertingkat dua atau tiga, letaknya saling berhimpitan, tanpa halaman depan dan samping.
Gambar 2.2. Prasasti Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Kesannya polos dan kaku. Atap bangunan menjulang tinggi dan curam sebagai penahan panas terik matahari untuk ruang di tingkat atas. Atap untuk bagian depan dibuat menjorok ke luar agar menjadi pelindung dari hujan dan panas. Pintu dan jendela berbentuk persegi panjang, berukuran besar, jumlahnya banyak.

Gambar 2.3. Tampak Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Ruangan dalamnya luas dan memiliki langit-langit yang tinggi. Tapi karena letaknya berhimpitan, maka bagian dalam ruangan terasa pengap, suram, dan lembab. Tipe bangunan ini sebenarnya tidak cocok untuk daerah tropis. Dari depan, bangunan “Toko Merah” tampak bertingkat dua, tapi di bangunan belakangnya ternyata bertingkat tiga.

2.1.2.      Tapak / Blokplan
Gambar 2.3. Tapak / Blokplan Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Letak bangunan sangat strategis, berada di kawasan jantung kota asli Batavia,  dekat dengan pusat pemerintahan VOC (Stadhuis), merupakan “Central  Business District Batavia”. Saat itu sungai Ciliwung adalah urat nadi lalu lintas yang ramai. Wilayah Kali Besar ini Dikenal pula sebagai salah satu wilayah hunian elit di dalam kota Batavia.

2.1.3.      Wujud / Bentuk Bangunan
Bangunan “Toko Merah” dibangun meniru bentuk arsitektur Eropa, dengan paham “fungsionalisme”. Tidak menggunakan ornamen yang rumit dan berbelit-belit.
Gambar 2.4. Ornamen Dalam Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Bergaya luas, tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan  bisa berubah fungsi apa saja. Sebuah perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18 dan atap tropis, juga memiliki parapet atas dan parapet bawah. Terdiri dari dua bangunan utama yang berada di bawah satu atap, bangunan sebelah utara dan sebelah selatan. Dengan adanya parapet pemisah, maka jika terjadi kebakaran tidak akan sampai menjalar ke bangunan di sebelahnya. Tempok depan bangunan  terbuat dari susunan batu bata yang tidak diplester lagi, dan baru ditambahkan pada pemugaran rumah pada tahun 1923 oleh Direksi Bank Voor Inde, karena sebelumnya tembok rumah itu dicat putih. Warna asli batu bata dicat dengan warna merah hati ayam. Nama “toko merah” itu sendiri diperoleh dari kusen dan jendela yang dulunya sudah dicat merah hati dengan sedikit cat emas yang memberi nuansa ke-Tionghoa-an pada rumah ini, mengingat dulu meubeulnya pun memiliki warna yang sama. Sejak tahun 1840, unsur warna khas arsitektur China “merah” mulai mempengaruh bangunan ini.
Denah bangunan berbentuk huruf “H”, dan bagian depan bangunan bersatu dengan trotoar.


Gambar 2.5. Bentuk Atap Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Kaki bangunan “Toko Merah” berdiri di atas sebuah pondasi masif berdenah persegi panjang dengan keseluruhan bagian atas kaki dilapis lantai marmer. Marmer ini berwarna putih abu-abu berukuran 75 cm x 70 cm.

2.1.4.      Urain Interior
 
Gambar 2.6. Interior Bangunan Toko Merah Jakarta Barat


PintuRococo Tunggal
 “Toko Merah” memiliki dua buah pintu masuk berukuran besar dan tinggi. Pada bagian atas pintu masuk terdapat jendela angin yang berada pada satu kusen dengan pintu. Polanya berbentuk kotak-kotak, masing-masing memiliki 30 buah kotak.


Gambar 2.7. Pintu Masuk Utara Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Saat ini hanya pintu masuk bangunan selatan yang berfungsi, sedangkan pintu bangunan utara terkunci mati. Kusen pintu dan jendela dicat warna merah hati. Ukuran pintu 3,05 m x 1,8 m, dengan ukuran jendela anginnya 1,9 m x 1,8 m. Perlu dicatat, pintu masuk utama bangunan utara “Toko Merah” bukan pintu asli. Pintu aslinya dengan fanlight (lubang jendela di atas pintu yang bagian atasnya cenderung lengkung) dan terukir artistik dibongkar pada tahun 1901 dan dibawa ke Museum Pusat dan kini mash berada di ruang Numismatik Museum Pusat Jakarta.


Gambar 2.8. Interior Pintu Masuk Kedua Setelah Melalui Pintu Masuk Pertama
Di belakang pintu masuk rumah sebelah utara terdapat sebuah pintu kedua yang menuju ke ruangan dalam, ini satu-satunya pintu dengan bagian atas berbentuk arch (busur melengkung) gaya rococo dengan hiasan plester. Pintu ini berukuran 2,38 m x 2,3 m, berdaun pintu ganda, terbuat dari kayu dan kaca, dengan bingkai kayu warna merah hati dan garis keemasan.

Jendela “Naik Turun”
Bagian depan bangunan “Toko Merah” ini  terpasang 10 jendela. Pada lantai dasar, terpasang 4 jendela yang mengapit dua pintu masuk. Pada lantai atas terpasang 6 jendela.
Gambar 2.9. Jendela Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Semuanya berbentuk persegi panjang, Jendela ini menerapkan gaya abad ke-18 dan berskala monumental untuk mengimbangi ruangan-ruangan besar di dalamnya. Polanya hanya kotak-kotak. Cara membukanya ada dua tipe: Tipe pertama, sistem jendela geser ke atas. Lazim dsebut sliding sashs, dibuka tutupnya naik turun. Yang dapat digerakkan hanya jendela pasangannya di bagian bawah. Tipe kedua, sistem jendela dorong keluar. Sistem ini terdapat di ruang bawah tanah bangunan sebelah utara dan sebelah selatan.

Tangga Bangunan Toko Merah









Untuk naik ke lantai atas bangunan, tersedia 6 buah tangga, semuanya terbuat dari kayu yang terukir artistik dan dicat merah hati. Pada bangunan depan rumah bagian selatan, terpasang sebuah tangga menuju lantai atas, dengan posisi agak melingkar. Tangga ini terdiri dari tiga bagian dengan seluruh anak tangga berjumlah 24 buah.Pada bagian belakang ruang tengah, di kiri kanan, masing-masing ada tangga dengan 20 buah anak tangga. Juga terbuat dari kayu berukir, yang terhubung dengan balkon di lantai dua. Tapi dari ukirannya jelas terlihat bahwa ukirannya bukanlah asli, melainkan dibuat pada saat gedung ini menjadi kantor pusat NV. Jacobson van de Berg. Tangga yang asli ada di Museum Pusat. Di lantai dua gedung belakang hanya terdapat sebuah tangga dengan 8 anak tangga yang menuju lantai dua bangunan tengah. Sedangkan untuk menuju lantai tiga, baik di sebelah selatan maupun utara, terdapat sebuah tangga dengan 7 anak tangga. Dari lantai tiga, masih ada sepasang tangga menuju atap gedung dengan 17 anak tangga.


Gambar 2.10. Tangga Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

2.1.5.      Struktur dan Kontruksi
Bergaya luas, tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan  bisa berubah fungsi apa saja. Sebuah perpaduan bangunan Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) pada abad ke-18 dan atap tropis, juga memiliki parapet atas dan parapet bawah. Terdiri dari dua bangunan utama yang berada di bawah satu atap, bangunan sebelah utara dan sebelah selatan. Dengan adanya parapet pemisah, maka jika terjadi kebakaran tidak akan sampai menjalar ke bangunan di sebelahnya.

Gambar 2.11. Struktur Dalam Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Tempok depan bangunan  terbuat dari susunan batu bata yang tidak diplester lagi, dan baru ditambahkan pada pemugaran rumah pada tahun 1923 oleh Direksi Bank Voor Inde, karena sebelumnya tembok rumah itu dicat putih. Warna asli batu bata dicat dengan warna merah hati ayam.
Bangunan ini memiliki tiga buah atap. Bangunan depan dan belakang memiliki atap dengan bubungan yang memanjang dari utara ke selatan. Sementara atap bangunan tengah, bubungan atapnya melintang dari timur ke barat, sekaligus merupakan atap penghubung bagi kedua atap bangunan depan dan belakang. Atap bangunan ini berbentuk atap pelana atau atap rumah kampung.

Gambar 2.12. Kontruksi Atap Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
2.2.  Ukuran (Ukuran Tapak dan Bangunan)

Gambar 2.13. Peta Bangunan Toko Merah Jakarta Barat

Gambar 2.14. Luas Ukuran Bangunan Toko Merah Jakarta Barat
Bangunan “Toko Merah” dibangun di atas areal seluas 2.455 m2. Luas sebelumnya 2.472 m2 (terkena pelebaran jalan).
2.3.  Kondisi Saat Ini
2.3.1.      Kondisi Lingkungan (saat ini)







Pada saat ini, kawasan kota tua adalah sebuah kawasan yang dijadikan kawasan "Wisata Sejarah". Bangunan-bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1700 - 1800an tersebut telah berubah fungsinya. Kawasan kota tua bisa dibilang "terhubung" satu sama lain, baik di masa lalu maupun masa kini. Di masa lalu bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan-bangunan utama pada masa pemerintahan Belanda. Di masa sekarang, bangunan-bangunan tersebut berubah fungsi menjadi museum, dan menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah Jakarta. \

2.3.2.      Kondisi Keterawatan Secara Umum
Kondisi keterawatan bangunan toko merah  sampai saat ini masih terawat dengan baik dikarenakan masih banyak nya pengunjung mendatangi tempat ini untuk melakukan kegiatan wisata kota tua yang didalamnya terdapat konferensi dan pameran dari benda-benda bersejarah.

2.3.3.      Kondisi Keterancaman
Dilihat dari sejarahnya, bangunan eksisting pada Bangunan Toko Merah telah mengalami sejarah panjang, mengalami beberapa pergantian pemilik dan pergantian fungsi bangunan. Toko Merah sendiri pernah digunakan sebagai rumah tinggal, kampus dan asrama, bank, hotel, toko, dan kantor. Karakteristik yang terlihat adalah fakta bahwa dahulunya Toko Merah ini adalah sebuah DWELLING - tidak adanya teras atau batas, langsung berhadapan dengan fasad dan kemudian langsung masuk ke dalam bangunan tsb., kesan privat yang cukup kuat, dll.

Kembali kita melihat kawasan kota tua sendiri. Timbul banyak pertanyaan,  ketika kawasan kota tua tersebut dijadikan kawasan "Wisata Sejarah", apakah tepat apa yang dimaksudkan dengan wisata sejarah tersebut. Hal ini merujuk pada pengamatan saya terhadap kawasan ini. Dari pengamatan yang saya lakukan, banyak dari aktivitas baik sebagai wisatawan maupun pedagang terpusat hanya pada area plaza segitiga Museum Fatahillah - Museum Wayang - Museum Keramik dan Seni Rupa. Saya berasumsi bahwa aktivitas yang dilakukan di area ini membawa dampak terlupakannya area lain, salah satunya bangunan Toko Merah ini padahal "cerita" mengenai "Jakarta Tempo Doeloe" dari satu bangunan ke bangunan lain adalah berkesinambungan.

2.3.4.      Perubahan Fungsi dan Bentuk
 Pertama kali mengamati bangunan ini, kesan yang muncul adalah tentang pecinaan Indonesia. Ukiran di pintu masuk, lampu-lampu lentera yang bergantungan di langit-langit ruangan utama, semuanya berwarna merah dan kuning serta terdapat simbol-simbol khas Tionghoa. Namun ternyata, berdasarkan penjelasan pemandu, gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1730 justru oleh seorang Belanda, Gustaaf Willem Baron van Imhoff yang menjabat sebagai gubernur Batavia, untuk rumah tinggal. Fakta lain yang cukup menarik dari Toko Merah bahwa keseluruhan bangunan ini sebenarnya merupakan dua rumah kembar yang beratap satu, sehingga memiliki dua pintu masuk serta sekat tebal tepat ditengah-tengahnya. Lagipula, dengan luas 2.455 m2 dan jumlah ruangan mencapai kurang lebih 25 buah tersebar di tiga lantai, gedung ini agak berlebihan apabila disebut sebuah rumah. Sejarah Toko Merah dari waktu ke waktu pun seperti piala bergilir, cukup sering beralih fungsi dan berpindah kepemilikan hingga akhirnya menjadi bangunan kosong berstatus cagar budaya. Bangunan ini pernah menjadi kampus dan asrama Academie de Marine (Akademi Angkatan Laut), hotel para pejabat, toko dagang, kantor Borneo Compagnie, kantor Behn Meiwe & Co, Bank Voor Indie, Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang, serta beberapa kali dikelola oleh perusahaan-perusahaan seperti P.T Yudha Bakti. Perjalanan panjang dan melelahkan yang telah dilalui oleh Toko Merah tidak menjadikannya lapuk dan rusak, melainkan tetap kokoh hingga saat ini, bahkan pernah menjadi rumah termewah yang berlokasi di dalam kota pada abad ke 18. Kemewahan Toko Merah kini hanya bisa dinikmati pada arsitektur bangunan dan ketahanan akan usia, karena kondisinya sendiri hampir kosong total. Hanya ruang utama di lantai dasar yang diisi perabot berupa beberapa kursi dan meja kayu, lampu-lampu serta lukisan.

2.4.  Sejarah
2.4.1.      Sejarah Kawasan / Lokasi
Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff (kemudian menjadi gubernur jenderal) sebagai rumah tinggal. Pada saat ia membangun Toko Merah jabatannya masih sebagai opperkopman, sehingga kadangkala orang meragukan bahwa Toko Merah dibangun van Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. Nama “Toko Merah” berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Di samping itu dalam akte tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij “Toko Merah”.

2.4.2.      Sejarah Arsitrektur
Arsitektur bangunan ini merupakan gabungan arsitektur eropa dengan atap yang merespon kondisi alam tropis di Indonesia dengan bentuk pelana yang membentang dari sisi utara ke selatan. Hal lain yang menjadi cirri khas arsitektur eropa(colonial) pada bangunan ini adalah terpadat dinding, jendela, serta ventilasi yang berukuran monumental untuk mengimbangi aliran udara di dalam ruangan yang juga berukuran besar. Pada bagian pintu terdapat ornament ukiran pada kusennya, tidak ada perubahan pada bagian fasade bangunan took merah pada saat ini maupun pada saat masa lalu. Masih tetap menggunakan bata ekspose tanpa plester dengan warna merah serta pada bagian pintu dan ventilasi pun tidak mengalami perubahan. Pada bagian interior took merah terbagi antara bangunan kiri dan kanan yang dipisahkan oleh kolom-kolom yang berjajar.  Pada sisi interior terdapat tangga dengan gaya Barok pada sisi kiri dan kanan bangunan. Seperti pada fasade, pintu-pintu pemisah antara kiri dan kanan bangunan ini juga memiliki ukuran yang monumental dengan bentuk yang menjulan tinggi.

2.4.3.      Sejarah Peristiwa
Bangunan dua rumah dalam satu atap ini (dulu belum dinamai “Toko Merah” didirikan pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Rumah ini disebut rumah kembar yang terbagi menjadi dua bangunan (sebelah utara dan sebelah selatan) dengan dua pintu. Di masa itu, dia adalah tokoh pembaharu di berbagai bidang, yaitu: Bidang pertanian dan perkebunan (Mendatangkan petani maju dari Holland untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan secara besar-besaran di Jawa Barat dan seputar Batavia untuk  mendukung perdagangan VOC), Bidang pendidikan (Membuka sekolah seminari dan mendirikan Academie de Marine di Batavia),  Bidang Pers dan Jurnalistik (Menerbitkan Koran pertama di Batavia, Bataviasche Nouveles), Bidang pos (Mendirikan Kantor Pos pertama di Batavia), Bidang perbankan (Perintis berdirinya Bank of Lenning, sebagai bank pertama di Batavia),   Bidang arsitektur (Mendirikan rumah tinggal yang megah (yang kemudian disebut Toko  Merah)  dan rumah peristirahatannya Buitenzorg (Istana Bogor), Bidang perhotelan (Membangun rumah penginapan pertama khusus buat orang asing yang datang ke Batavia). Bangunan kembar (“Toko Merah”) didirikan Baron Van Imhoff sebagai rumah kediaman, saat dia menjabat sebagai Sekretaris II pada Hooge Regering (Pemerintahan Tertinggi)  merangkap Water Fiscaal (Kepala Urusan Pabean). Dalam buku Nederlandsh Indische Plakaatboek (buku tentang keputusan-keputusan Pemerintah Hindia Belanda, 17 Januari 1786) tercatat:
Kedua rumah dibangun secara bersamaan dengan cita rasa sama, sesuai selera dan keinginan pemiliknya, tanpa campur tangan orang lain. Tidak saja besar, tetapi juga megah dan nyaman, berbeda dengan semua rumah lain yang ada di Batavia.

2.5.  Riwayat Pelestarian
2.5.1.      Sudah / Belum
2.5.2.      Riwayat Status Penetapan
·         Salah satu dari 216 monumen cagar budaya di DKI Jakarta.
·         Salah satu dari 8 monumen warisan VOC yang berada di dalam kawasan tembok dan parit pertahanan kota asli Batavia.
·         Satu-satunya bangunan bekas rumah tinggal elit zaman kejayaan VOC yang paling utuh dan terawat, serta mempertahankan keasliannya.
Peraturan yang menetapkan
·         Bangunan cagar budaya ini diatur dalam Undang-undang Monumen Ordonantie No. 19 Tahun 1931 (Staatsblad Tahun 1931 No. 238) yang kemudian diubah dengan Monumenten Ordonantie No. 21 Tahun 1934 (Staatsblad Tahun 1934 No. 515)
·         Peraturan yang dikeluarkan Gubernur Ali Sadikin, SK Gubernur No.Cb.11/1/12/1972, tanggal 10 Januari 1972, yang menetapkan tentang pemugaran bangunan, penetapan daerah khusus yang dilindungi, dan lain-lain.
·         Didukung Undang-undang No.5/1992 tentang Benda Cagar Budaya, yang menetapkan bahwa keseluruhan Benda Cagar Budaya dikuasai negara.
·         Dikeluarkan pula Surat Keputusan Gubernur KDH Ibukota Jakarta No. 575 tanggal 29 Maret 1993, tentang penetapan Bangunan-bangunan Bersejarah dan Monumen di Wilayah DKI Jakarta sebagai bangunan yang dilindungi.
2.6.  Sumber
Guidelines Kota Tua DKI Jakarta Dinas Kebudayaan Dan Permuseuman Tahun 2007
Pengamatan dan Dokumentasi Pribadi
Handinoto dan Samuel Hartono, “THE AMSTERDAM SCHOOL” DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI HINDIA BELANDA1 ANTARA 1915-1940
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN, “GUIDELINES KOTA TUA”, 2007